Cak Imin, MENYALA ABANGKU (Sebuah Telisik Personal Branding Tokoh)

Cak Imin, MENYALA ABANGKU

(Sebuah telisik Personal Branding Tokoh)

Oleh: Yons Achmad

(Kolumnis. Pendiri Brandstory.ID)

Pesona Cak Imin (Muhaimin Iskandar), Ketua Umum PKB berhasil mencuri perhatian publik. Gaya komunikasi politik yang khas penuh humor menjadi keunggulan tersendiri bagi dirinya. Saya memang bukan pemilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tapi tertarik bagaimana personal branding dimainkan oleh Cak Imin secara autentik, cantik, ciamik dan menarik.

“Ada yang mau incar Ketua Umum PKB, tapi di pilpres mendukung PDIP, Menyala Abangkuuu,” teriak pidato Cak Imin pada suatu kesempatan. Sontak, membuat suasana politik yang tegang berubah cair dengan gelak tawa hadirin yang datang di acara itu. Begitu “Sindiran Alus” Cak Imin untuk petinggi PBNU yang rupanya “geram” dengan manuver-manuver PKB dan juga soal Pansus Haji yang bakal digelar untuk adili adek Ketua PBNU (Gus Yaqut) karena tersandung kasus dugaan jual beli kuota haji.

Saya, tak akan senggol soal perseteruan NU VS PKB. Tapi, saya tertarik soal bagaimana personal branding Cak Imin yang memberikan warna sendiri dikancah perpolitikan praktis kita. Istilah populernya, Cak Imin berhasil menonjol dalam kerumunan (stand out from the crowd). Tentu, jika kita bandingkan dengan misalnya para ketua umum partai lain yang kebanyakan begitu serius pembawaannya. Mungkin ada yang tampak santai dengan guyonan tipis-tipis disertai pantun-pantun jenaka ala Ketua PKS, Ahmad Syaikhu. Tapi, soal blak-blakan dan ketawa lepas, Cak Imin jagonya. “Los maseee,” kata anak Jawa Timuran.

Kembali keperihal personal branding. Di mana, personal branding sendiri, sejatinya adalah rangkaian kegiatan keseharian seseorang. Bertujuan akan membentuk sebuah impresi dan ini yang akan dikenang dan membekas dibenak orang-orang di sekitarnya. Pertanyaannya? Impresi seperti apakah yang ingin dibangun dan membekas dibenak publik? Ini persoalannya.

Sementara, “Branding is a process”. Proses itu yang harus dijaga. Ia (branding), saya kira juga bukan semata kegiatan marketing atau beriklan, tetapi adalah action. Kegiatan sehari-hari itulah yang bisa “MAKE’ or “BREAK’ sebuah branding yang tak lain tak bukan adalah Sang Tokoh sendiri. Di sini, Cak Imin orangnya. Kalau kita lihat, PKB pesonanya biasa saja. Tapi, hadirnya ketua umum semacam Cak Imin, berikan pesona tersendiri.

Cak Imin sebelum menebarkan pesona, saya kira berangkat dari sebuah keyakinan. Misalnya dulu ada kampanye yang gencar seperti “Siapapun Calon Presidennya, Cak Imin Wapresnya”, plesetan dari iklan The Botol Sosro “Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”. Dan dia kemudian kesampaian menjadi calon wakil presiden Anies Baswedan. Sebuah posisi yang sempat di luar nalar tak mungkin, tapi akhirnya kejadian juga. Ya, semuanya berangkat dari sebuah keyakinan penuh.

Di sisi lain, terkait sebutan nama, fleksible saja. Cak Imin memang bergonta-ganti personal branding di medsos. Ada yang menyapanya dengan Sebutan Cak Imin, Gus Imin, Gus Muhaimin, atau Gus AMI. Rupanya, memang semua ada “pasar”nya. Captive market (pasar khusus) Jawa Timuran tentu saja cocok dengan sebutan “Cak Imin”, sama seperti “Mas” di Jawa Tengah. Sementara, captive market kelompok sarungan, dalam hal ini anak-anak pesantren ya “Gus Imin”. Keduanya lumayan berhasil. Sementara, nama Gus AMI, semacam meniru gaya sebutan “SBY” atau “AHY”, rupanya kurang populer.

Membaca, menelisik personal branding Cak Imin, sebagaimana Gill Corkindale, seorang coach pada lembaga manajemen dan kepemimpinan global, menuliskan pada artikelnya di Harvard Business Review, setidaknya ada 3 hal yang perlu dimainkan, dan ini semacam tanda keberhasilan.

Pertama, autentik (asli, tidak duplikasi orang lain), dalam hal ini keaslian gaya komunikasi yang penuh candaan, penuh humor khas NU dan orang-orang pesantren menjadi ciri khas tersendiri. Kedua, menarik untuk orang di sekitar. Bagi pasar Jawa Timuran, orang-orang NU dan juga kalangan pesantren, tentu saja gaya Cak Imin begitu menarik perhatian, pasar utamanya di situ. Terakhir adalah konsisten, Cak Imin selalu percaya diri, konsisten dengan cita dan mimpinya yang diimplementasikan dalam beragam kampanye. Hasilnya, sebagai tokoh politik dia cukup punya pesona dan partai yang dipimpinnya, juga cukup menggembirakan dalam perolehan suara. Capaian itu tak lepas dari keberhasilan personal branding yang dijalankannya. []

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these