Sedikit Cerita Saya Menjadi Penulis Biografi

“Jika Kau Bukan Anak Raja dan Juga Bukan Anak Ulama Besar, Maka, MENULISLAH”
(Imam Al Ghazali)

Menjadi penulis biografi (autobiografi). Bagi saya adalah kecelakaan sejarah, walau kemudian pelan-pelan menikmatinya. Pada akhirnya, malah jadi saya syukuri. Memang, praktiknya kemudian tak selalu menjadi penulis biografi. Nama terpampang di sampul buku sang tokoh yang saya tulis. Seperti Alberthiene Endah sebagai penulis biografi tokoh ternama. Dengan judul buku biografi diantaranya “Joko Widodo: Menyentuh Jakarta,” Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar,” “Chrisye: Sebuah Memor Musikal” dll

Awalnya memang begitu, tapi yang terjadi kemudian, saya malah menjadi semacam “Ghost Writer” dengan falsafahnya “Berani Tidak Dikenal”. Saya memang benar menulis biografi tokoh, tapi nama tak ada dalam karya. Ada tokoh lain yang tampil. Bagi saya tak masalah. Saya tak haus nama. Hidup saya sedikit berguna untuk orang lain dengan mengabdikan sosok dan perannya, itu sudah cukup bagi saya. Sebagai sebuah jalan kontribusi bagi alam semesta. Kehidupan di dunia. Memang, bukan murni pengabdian, karena saya dibayar atas pekerjaan itu. Lebih tepatnya, mungkin sebuah laku profesional.

Cerita awalnya, adalah seorang dokter. Klien pertama saya. Beliau berkeinginan menulis memoar hidupnya. Sudah tiga penulis yang membantunya. Sayang semuanya gagal, belum berhasil. Seorang teman mengenalkan saya pada dokter itu. Lalu, saya meneruskan penulisan memoar seperti yang diinginkan. Alhamdulillah jadi dan kemudian bukunya berhasil diterbitkan. Dari situ, saya direkomendasikan ke dokter lain. Seorang profesor yang ingin menulis biografi. Saya kerjakan. Selesai. Tantangan lain muncul, hasil rekomendasi seorang dokter juga. Kali ini saya harus terbang ke Surabaya. 19 Dokter bedah ingin ditulis profilnya. 5-10 halaman tiap profil. Saya kerjakan. Selesai. Selain itu, ada beberapa tokoh lain selain dokter yang ingin dituliskan biografinya. Saya kerjakan juga. Misalnya, ketua masyarakat ada Betawi, Sandiaga Uno dll. Kini belasan buku sudah saya tulis.

Begitulah. Nyaris tak terduga. Dari awal saya tidak “Iklan” atau lakukan “Marketing”. Klien datang atas rekomendasi dari mulut ke mulut. Hingga kemudian saya tahu dan merasa diri mahir bagaimana menulis biografi yang selesai dan diterbitkan jadi buku. Masalah kualitas, ya bisa diperdebatkan, bisa diadu kualitasnya. Kini, boleh dikatakan, saya menjadi bagian dari komunitas para penulis biografi di tanah air. Saya adalah salah satunya. Yang kebetulan paling sering mengerjakan biografi para dokter.

Karena latarbelakang pendidikan saya Ilmu Komunikasi, maka dalam menulis biografi, pendekatan yang saya gunakan adalah jurnalistik. Teknik jurnalisme. Artinya apa? Semua yang saya tuliskan berbasis fakta, bukan rumor atau imajinasi semata. Sebuah fakta yang diupayakan telah diverifikasi kebenarannya. Segala perjalanan sang tokoh, kiprah sang tokoh, semua berbasis fakta. Kemudian dikemas dengan bahasa sastra sehingga enak dinikmati dan dibaca. Itulah proses kreatif yang saya usahakan ketika menulis biografi.

Inilah sekilas cerita bagaimana kemudian saya melakoni pekerjaan sebagai penulis biografi. Sebuah pekerjaan yang sudah saya jalani dengan fokus sekarang. Sebuah pekerjaan sunyi, tak banyak orang ketahui, tapi saya menikmati. Karena dengan begini, saya merasa hidup saya berguna bagi orang lain. Mengabadikan cerita baik kehidupan, bukankan sebuah kerja untuk peradaban? So, buat teman-teman atau kolega yang kisahnya siap dibukukan, pasti tahu bisa menghubungi siapa. Anda tinggal duduk dan bercerita, kami yang akan “menyulapnya” jadi buku kenangan dan legacy (warisan) Anda selama hidup di dunia. Aha. Terimakasih.

Salam
Yons Achmad
Penulis Biografi
Storyteller & CEO Brandstory.id
WA: 085282974648

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these