Anies Baswedan: Sang Rajawali yang Terbang Sendirian

Anies Baswedan: Sang Rajawali yang Terbang Sendirian
Oleh: Yons Achmad
Penulis | Pembicara |Pencerita
(Storyteller. CEO Brandstory.ID)

Posisi Anies Baswedan pada pilkada Jakarta 2024 sulit dijelaskan. Anies Baswedan nyaris dicalonkan menjadi kandidat calon Gubernur DKI Jakarta oleh PDIP. Hanya saja, yang namanya nyaris, artinya belum terjadi, belum kesampaian. Ibarat pepatah, ia kini ibarat rajawali yang terbang sendirian (eagle fly alone).  Saya akan coba membacanya, dengan meminjam literatur yang disampaikan oleh Dr. Myles Monroe dalam “7 Principles of An Eagle”. Kita akan coba tafsirkan.

Pertama, rajawali terbang sendirian, tidak dengan burung pipit atau burung kecil lain. Kalaupun ia terbang bersama burung lain, burung itu rajawali juga. Selain itu, tak ada burung lain yang bisa mencapai ketinggian terbang rajawali. Dalam konteks ini, saatnya kita uji sejauh mana ketangguhan “Lobi politik” ditingkat elit. Anies, di sini benar benar sendirian. Sementara, di situ para “Rajawali”  juga bertengger. Para ketua ketua partai. Akankah dia bisa memenangkan lobi politik tingkat tinggi itu?

Kedua,  rajawali punya visi kuat. Burung ini punya kemampuan fokus terhadap benda hingga jarak 5 kilometer. Kalau rajawali  mengarah mangsa, ia menyempitkan fokus pandangannya dan bergerak untuk mendapatkannya. Ini kunci suksesnya. Kini,  kita lihat apakah visi kuat Anies Baswedan bisa memikat para ketua partai sehingga dia bisa fokus mendapatkan tiket menuju pertarungan pilkada Jakarta 2024? Apakah kekuatan visi, narasi, wacana, sanggup membuat para ketua partai terkesima dan meminangnya?

Ketiga, rajawali tidak memakan benda mati seperti burung pemakan bangkai lainnya. Ini bisa diartikan bahwa Anies Baswedan dikenal sebagai sosok yang menjaga moraritas, etika, integritas dan prinsip prinsip demokrasi. Kita akan bisa melihat nantinya, bagaimana akhirnya, apakah “Sang Rajawali” ini masih cukup tangguh menjaga semuanya itu. Atau sama saja, ambil jalan pintas sebagai bentuk pragmatisme politik layaknya para politisi lainnya.

Keempat, rajawali menyukai badai. Saat awan menggumpal, rajawali justru bersuka ria. Burung ini menggunakan angin badai untuk mengangkatnya lebih tinggi. Sementara, burung lain sembunyi di dedaunan atau pepohonan. Rajawali mengatasi badai. Orang orang yang mendambakan impian dan prestasi, merespon tantangan dan menggunakannya untuk bisa memperoleh jalan ke luar. Di sini, kita bisa lihat, ketika angin segar datang, Anies kabarnya dipinang PDIP,  sayangnya, semua itu hanya “nyaris”. “Telepon Ghaib” datang entah dari siapa, konon Anies batal jadi calon PDIP karena kekuatan demikian. Akankah Anies pada akhirnya bisa berhasil mencari jalan ke luar? Kita lihat saja.

Kelima, rajawali melakukan pengujian sebelum menaruh kepercayaan. Kali ini, sepertinya “Sang Rajawali” kena “Prank”. Dengan kostum merah, berpamitan dengan “Sang Ibunda” dia datang ke markas PDIP, berfoto penuh senyum dengan Rano Karno, yang konon bakal menjadi calon wakil gubernurnya. Sayang, kali ini “Sang Rajawali” salah prediksi. Belum jadi terpilih. Entahlah, apakah ini sebuah strategi mengulur waktu saja, atau memang benar benar “Mbak Mega” tidak bersedia.

Keenam, rajawali akan mencari tempat yang tinggi dan sulit untuk meletakkan telurnya, sehingga tak ada predator yang bisa menjangkaunya. Dalam hal ini, secara kasat mata, memang ada beragam upaya menjegal Anies Baswedan  agar tak bisa mencalonkan diri sebagai gubernur DKI. Setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) digeret masuk KIM +, maka, pupus sudah harapan. Kabar baiknya, putusan MK membuka kembali peluang. Kalau mau PKS bisa ke luar dari KIM + dan kembali mencalonkan Anies Baswedan. Tapi, sepertinya sulit. Padahal, sebenarnya, sulit itu kategori bisa, kalau PKS mau. Kini, saatnya membuktikan apakah “Sang Rajawali” ini benar “Rajawali” yang bisa melawan beragam kekuatan yang coba merongrongnya.

Ketujuh, ketika rajawali bertambah tua, bulu bulunya jadi lemah dan tak bisa menerbangkannya lebih cepat. Ia akan membiarkan bulunya copot dan tumbuh kembali. Artinya, ada masanya Anies punya masa “Jaya” adakalanya “dilepeh”. Semua, tentu menjadi pelajaran bagi “Sang Rajawali”.  Perlu tinggalkan kebiasaan lama yang mungkin kurang elok. Termasuk, kenapa sampai ditinggalkan PKS? Pasti ada hal hal yang tidak mengenakkan PKS sehingga dia ditinggal PKS. Kabar baiknya, politik begitu dinamis, “Politik Baperan” perlu ditinggalkan. Setelah Anies dijegal dari berbagai sisi sampai “Bulu Bulunya copot”, kini saatnya menyongsong tumbuh kembalinya “sayap baru”.  Beri kabar baik untuk publik kalau “Sang Rajawali” belum tumbang.

Beginilah kondisi Anies Baswedan sekarang. Bak rajawali yang terbang sendirian (Eagle fly alone). Ia terbang sendirian mencari tiket untuk bisa masuk dan bertarung diperhelatan pilkada Jakarta 2024. Ketangkasan memainkan “7 Principles of An Eagle”, bisa berikan jalan ke luar terbaik bagi dirinya. Tentu,  ketika Anies Baswedan dijegal di sana sini, publik perlu memainkan peran strategis. Jangan sampai ada kotak kosong atau calon boneka. Tapi, mendorong munculnya kandidat sebagai lawan tanding setara agar Jakarta punya Gubernur (pemimpin) yang benar benar punya kapasitas untuk bisa menyelesaikan beragam problem kekinian.

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these