Bisnis Media Online Ternyata Masih Cuan

Apakah mendirikan media online masih cuan, artinya masih bisa menghasilkan secara finansial? Jawabnya adalah bisa dan masih cuan. Media Online, banyak yang tertarik mendirikannya. Kita bisa melihat misalnya menjamurnya media-media online, khususnya  menjelang pemilu. Beberapa tokoh, investor, pegiat media berlomba-lomba mendirikan media online. Hasilnya? Setelah pemilu usai, media-media itupun berguguran. Apa sebabnya?  Media-media tersebut didirikan hanya sebatas untuk kepentingan politik sesaat saja. Jagonya kalah? Medianya bubar.

Nah, tentu  kita yang ingin mendirikan media online yang tentunya bisa tetap langgeng dan terus menyapa pembaca dan yang pasti tetap bisa cuan atau menghasilkan. Untuk itu, perlu memahami betul beberapa hal sebelum mendirikan media online itu. Jangan sampai baru satu tahun berjalan, tahun berikutnya media yang didirikan  sudah bubar. Nah, sependek pengetahuan saya, ada  setidaknya 3 hal yang perlu dipahami sebelum mendirikan media online. Diantaranya:

Media  Online adalah proyek Idealisme.

    Banyak yang mungkin berpandangan bahwa media online adalah proyek bisnis. Sah-sah saja berpikiran begitu. Hanya saja, ketika pandangan itu yang dominan, ketika media online tidak menghasilkan apa-apa, hasilnya bisa dipastikan, media itu akan bubar jalan. Mereka (pendiri/investor) tidak akan mau mengeluarkan uang operasional media karena menurut mereka “Buat apa susah-susah keluarin duit kalau nggak ada untungnya”

    Nah, menurut saya, ketika seseorang atau beberapa orang mendirikan media online. Yang pertama dan utama harus dipahami, media tersebut adalah proyek idealisme. Sebuah proyek yang mendatangkan keuntungan atau tidak tetap akan berjalan. Idealisme semacam apa? Misalnya idealisme untuk mengabarkan isu-isu tertentu:  Isu lingkungan,  Isu pemberdayaan perempuan, isu perbangkan syariah, isu Islamisasi Ilmu pengetahuan, isu anti liberalisme, isu anti radikalisme dll. Melalui media tersebut, mengabarkan berita-berita yang terkait dengannya. Begitu juga bisa menyalurkan opini-opini media  yang dilakukan oleh pengelola media melalui rubrik “editorial” maupun rubrik khusus “Opini”.

    Contoh kasus. Kita bisa mengambil salah satu contoh kasus sebuah media online Islam.  Media online ini didirikan oleh seorang dokter dan beberapa personal lainnya. Pertama kali didirikan  memang sebuah proyek idealisme. Menjadi media yang mengupdate isu-isu  Kekinian, KeIslaman dan Keindonesiaan. Sampai kini, Alhamdulillah masih bisa beroperasi walau dari segi finansial belum menguntungkan. Apakah kemudian lantas bubar? Tentu tidak karena dari awal memang diniatkan sebagai proyek idealis. Walaupun begitu, tentu saja manajemen media tak berdiam diri. Tapi tetap terus mencari alternatif model bisnis yang halal dan menguntungkan.

    Media Online Adalah Jembatan

    Ya benar. Media adalah jembatan. Jembatan untuk apa? Mengabarkan isu tertentu, menyebarpan isu dan pandangan serta pemikiran tertentu. Begitu juga jembatan dalam melakukan sinergitas dengan bisnis atau usaha pengelola/pemilik atau investornya. Sebagai contoh Lippo Group memiliki media online BeritaSatu.com. Dengan adanya media itu  pihak Lippo lebih leluasa untuk mengabarkan berita-berita baik tentang perusahaan, begitu juga mengklarifikasi ketika ada isu-isu miring yang berkembang.  Media Online lain semacam Detik.com juga sama. Dibeli Chairul Tandjung  pemilik Trans sekaligus Carefour. Kita bisa melihat bagaimana berita-berita tentang Carefour, misalnya ketika ada diskon besar-besaran juga kerap nongol di media online itu. Begitulah media online. Barangkali tidak langsung bisa mendatangkan keuntungan, tapi bisa menjadi jembatan bagi bisnis lain yang menyertainya. Memang, walaupun begitu pihak pengelola media tentu harus tetap punya sikap independen dan bisa “bermain cantik” selaras dengan prinsip-prinsip jurnalistik yang diyakininya.

    Keuntungan  dari Media Online Adalah Bonus

    Bagaimana kalau ternyata media online menguntungkan secara finansial? Tentu saja hal ini yang diharapkan semua orang yang mendirikan media online. Kalau memang kenyataanya demikian, misalnya media online tersebut kebanjiran iklan karena isinya memang menarik dan banyak dikunjungi publik, anggaplah itu sebagai bonus dari profesionalitas pengelolaan media.

    Tapi, satu hal pokok paling penting yang ingin saya sampaikan di sini adalah bagaimana mindset para pemilik media harus terbangun dari awal. Bahkan media online adalah proyek idealis.  Proyek yang dilakukan atas dasar idealisme tertentu. Seperti yang dijelaskan di awal. Selanjutnya, tinggal merawat idealisme itu sambil terus melakukan terobosan-terobosan jitu untuk  agar media online bisa mendatangkan keuntungan yang halal, bukan media “pemeras” pihak-pihak tertentu.

    Nah, bagi Anda yang ingin mendirikan media online, sekaligus kesulitan mengelolanya, ada kabar baik. Saat ini, kami dari Brandstory.ID siap membantu Anda dalam membuat, mendirikan sekaligus mengelola media online. Cukup dengan investasi yang terjangkau, media online tersebut bisa menjadi proyek idealisme, sebagai jembatan baik karir maupun bisnis serta, harapannya, dapat menghasilkan cuan. Untuk keterangan lengkap bisa hubungi kami melalui nomor WA:082123147969. Terimakasih.

    About the Author

    Yons Achmad

    Yons Achmad
    Penulis | Pembicara | Pencerita
    (Storyteller. Founder Brandstory.id)

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    You may also like these