Penulisan Kreatif, Sebuah Penjelasan Ringkas

Penulisan Kreatif, Sebuah Penjelasan Ringkas
Oleh: Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. CEO Brandstory.ID)

Menulis Adalah Bekerja untuk Kebadian
(Pramoedya Ananta Toer)

Apa itu penulisan kreatif? Tentu banyak pengertiannya. Di sini, saya akan mencoba mendefinisikan sesuai dengan pengertian sendiri berdasarkan pengalaman. Penulisan kreatif adalah teknik menulis kebenaran dengan daya imajinasi kritis serta gaya tutur khas sehingga menghasilkan karya yang enak dibaca. Ini menurut saya.

Kenapa saya berani mendefinisikan sendiri? Karena terpaksa. Ya, saya banyak membaca buku, artikel, wawancara tentang penulisan kreatif (creative writing) dari berbagai tokoh. Mulai dari dosen sastra, trainer kepenulisan bahkan penulis, pengarang, sastrawan sendiri. Sayangnya, banyak yang berbelit-belit, memutar-memutar menjelaskannya, tapi akhirnya tak memberikan definisi apa sebenarnya penulisan kreatif itu. Itu sebabnya, saya coba memberikan definisi sendiri.

Dari pengertian ala kadarnya  ini, mari kita coba bedah agar lebih jelas.


Pertama, kebenaran. Bagi saya, kebenaran adalah nomor satu. Baik dalam pemikiran maupun tindakan. Begitu juga dengan dunia kepenulisan. Jadi, pertama-tama dalam penulisan kreatif adalah bagaimana menyampaikan kebenaran. Ketika menulis, apapun bentuk tulisannya, tujuannya satu, menyampaikan kebenaran. Barangkali, dalam penulisan non fiksi berupa artikel, opini, kolom dll kita bisa dengan mudah memberikan gambaran kebenaran apa yang tersampaikan.

Tapi, bagaimana dengan dunia fiksi, dunia karang mengarang, misalnya dalam bentuk puisi, cerpen atau novel? Bagi saya, tetap harus kebenaran yang menjadi pijakan. Memang, karya fiksi “hanya”  rekaan dan karangan penulisnya saja. Tapi, walaupun begitu, kebenaran tetap menjadi nomor satu, khususnya dalam pesan moralnya. Bagi saya, sebagus apapun karya tapi kalau pesan moral karyanya ternyata mengingkari kebenaran, pesan moralnya bobrok, itu bukan karya kreatif.


Kedua, imajinasi kritis. Soal imajinasi ini memang menjadi bagian tak terpisahkan ketika membicarakan penulisan kreatif. Dengan imajinasi, seorang penulis tak sekadar bisa memberikan daya khayal yang mewah dan tak terbayangkan sebelumnya. Akan tetapi bisa memberikan perspektif visioner masa depan sehingga dengannya orang bisa belajar bagaimana menjalani hidup sekarang ini demi tantangan masa depan yang lebih besar. Hanya saja, imajinasi yang perlu dimainkan adalah imajinasi kritis. Ya, gabungan antara daya khayal dan kekayaan referensi, wawasan, khazanah.  Dengan demikian, imajinasi yang dihasilkan menjadi punya daya akal sehat, tak sekadar imajinasi yang liar, sebab kalau ini yang dimainkan akan tampak biasa saja, kenapa? Karena setiap orang punya imajinasi liarnya masing-masing. Tapi, tak semua orang punya daya imajinasi kritis yang masuk akal dan berguna bagi masyarakat banyak.


Ketiga, gaya tutur khas. Masing-masing penulis atau pengarang tentu punya gaya tuturnya sendiri. Penulis muda yang digemari anak-anak milenial semacam Raditya Dika menulis dengan gaya tutur yang kocak, gokil dan penuh dengan gelak tawa. Seorang Goenawan Mohammad dengan gaya yang tenang, dalam, dan merangsang daya pikir. Begitulah penulis memainkan gaya tuturnya masing-masing.


Terkait dengan penulisan kreatif, jujur, saya tahu istilah ini, belakangan saja. Dulu, ketika sempat mengenyam pendidikan Ilmu Komunikasi, memang ada mata kuliah “Teknik Penulisan Media Massa”. Hanya, istilah penulisan kreatif masih terdengar sayup-sayup saja. Entahlah, saya lupa, atau mungkin memang tak terlalu menaruh perhatian waktu itu, sehingga, tak ada kenangan keilmuwan yang nempel diingatan pikiran.


Semasa di bangku kuliah, saya juga sempat ikutan pers mahasiswa. Sayangnya, informasi tentang penulisan kreatif juga tak banyak saya dapatkan. Saya lebih banyak melakukan diskusi daripada menulis. Kami lebih banyak berdiskusi tentang topik-topik yang sedang hangat. Termasuk, buku-buku terbaru. Selama di pers mahasiswa jujur saya lebih banyak menjadi anggota pasif saja, lebih banyak menjadi pendengar daripada penulis. Tapi, bagaimanapun juga berproses di pers mahasiswa ada manfaatnya juga.


Setidaknya, di sana saya belajar berdialektika. Belajar mengungkapkan gagasan, belajar menerima ide dan gagasan orang lain. Kalau setuju ya kita diamkan, kalau tak setuju baru angkat bicara. Walau tak selalu keberanian itu muncul. Sebab, bicara saja tanpa argumen yang jelas, bisa-bisa menjadi tertawaan. Menjadi olok-olok lawan bicara, lawan diskusi.


Begitulah sekadar pengantar untuk memahami secara ringkas tentang apa itu penulisan kreatif. Memang, bisa jadi pengertian demikian sangat berbeda dengan pengertian yang diajarkan di kampus-kampus. Pengertian secara akademik yang mungkin didapatkan diprogram studi sastra atau komunikasi. Biarkan itu menjadi pengkayaan pemahaman. Yang pasti, itulah sedikit ikhtiar saya untuk bisa memberikan pengertian yang sederhana, ringkas dan semoga mudah dipahami.

Saat ini, saya bersama tim Brandstory.ID secara rutin menggelar event berupa workshop (Pelatihan) “Penulisan Kreatif” (Creative Writing) ke berbagai lembaga, instansi pemerintahan, perusahaan, maupun institusi pendidikan seperti sekolah atau kampus.

Jadi, bagi teman teman yang menginginkan pelatihan tersebut, kami siap hadir sebagai narasumber untuk berbagi pengalaman seputar “Teknik Penulisan Kreatif”. Bisa menghubungi kami untuk keterangan lengkapnya melalui nomor WA:082123147969. Terimakasih.

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these