Suprianto: Perawat Taman Baca Diusia Senja

Hidup adalah memberi. Ini  falsafah hidup Suprianto (75), seorang pensiunan pegawai Perpustakaan DKI Jakarta. Mengisi waktu senjanya, mendirikan dan merawat Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dikelolanya, Pustaka 42. Sebuah tamaan bacaan yang diambil dari nomor rumahnya. Taman baca itu buka setiap Sabtu-Minggu pukul 08.00 sampai 11.00 WIB. Lokas tepatnya, samping SMP Negeri 2, seberang Taman Lembah Mawar, Depok 1, Jawa Barat. Persisnya, di Jalan Bangau raya.

“Saya tidak banyak punya uang setelah pensiun, tidak banyak ilmu yang bisa saya berikan, tapi kalau mau pintar, silakan baca-baca buku yang tersedia di perpustakaan kecil ini,” kata lelaki asal Purworejo, Jawa Tengah ini. Diusianya yang tak muda lagi, tetap setia merawat taman baca, menjaga perpustakaan rutin setiap akhir pekan. Dirinya mengaku sangat senang jika ada pengunjung, khususnya anak-anak yang datang ke perpustakannya.

Semua berawal dari kecintaannya terhadap buku. Selama bekerja di perpustakaan, buku menjadi akrab dengan hidupnya. Setiap hari dunianya adalah buku. Sejak pensiun ditahun 2005, ada kegalauan dalam hidupnya. Kira-kira, hal bermanfaat apa yang bisa dilakukannya setelah pensiun. Maka, ide mendirikan taman bacaan itu muncul.

Diawali dengan membuka taman baca di kampungnya. Sayangnya tak betahan lama. Hingga kemudian kembali ke Depok. Membuka taman baca, dengan menggelar tikar di Taman Lembah Gurame, yang kalau cuaca mendukung aman-aman saja, tapi ketika ketika hujan tiba-tiba datang, harus sigap bergegas menyelamatkan buku-buku yang dibawanya. Sayangnya, pandemi datang,  tak bisa menggelar acara-acara yang melibatkan kerumunan orang.

Setelah sempat rehat beberapa lama karena pandemi, gairah mendirikan taman baca datang lagi. Tepatnya tanggal 20 Februari 2022 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pustama 42 berdiri “Hasil patungan beberapa tetangga Mas, ngumpul tiga juta, terus kita buat tempat yang sekarang ini,” ceritanya. Perjalanan tak mudah karena pendiriannya diinisiasi seorang diri.

Dengan dana hasil patungan ini akhirnya bisa merekrut relawan yang bisa mengerjakan bangunan dan rak, tidak dibayar. Berdiri dengan sederhana. Tapi, belum genap sebulan berdiri, baru tiga kali buka kejadian alam menimpa “Perpustakaan ketimpa pohon besar Mas, akhirnya roboh juga ini perpus, untuk perbaikinya butuh dana lagi, ya habislah 10 juta jadinya,” kisahnya mengenangkan.

Sampai kini, dana pendirian dan operasional, semua mandiri. Termasuk, untuk membeli buku-buku yang jumlahnya sekitar 1100-an. Dana itu diambil dari sebagian uang pensiunan bulanannya. Juga, dari pensiunan istrinya, seorang ahli gizi dulu di RSCM, Jakarta. Pustaka 42 sendiri, kini berproses bersama dan bergabung dengan Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Depok .

Lelaki senja berkacamata ini sampai kini masih setia menjaga perpustakaan setiap akhir pekan. Bagaimana dengan dukungan pemerintah? “Dukungan moral misalnya dari perpustakaan Depok ada, selalu dukung kegiatan, tapi resmi dari pemerintah kota Depok belum Mas he he,” katanya sambil tersenyum lebar.

(Yons Achmad. Penulis. Pendiri Brandstory.ID)

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these