Ubur-Ubur Ikan Lele “Pengejek Honorer” Dipecat Lee

Ubur-Ubur Ikan Lele “Pengejek Honorer” Dipecat Lee
Oleh: Yons Achmad
(Praktisi Branding. CEO Brandstory.ID)

“Ngantre ya, Dek? BPJS, ya? Ha-ha-ha, oh BPJS, masih honorer ya? Kebetulan saya kan (menunjuk logo PT Timah di baju) saya nggak ngantre, Dek, pasien prioritas, ha-ha-ha…,”. Sebuah video viral di jagat maya. Dengan kata-kata kurang pantas seperti di atas dan gesture yang mengejek. Tak perlu lama, konten itu benar-benar tersebar, tak terbendung. Kali ini, dia yang dihujat netizen. Seperti biasa,  lalu bikin klarifikasi dengan mimik yang memelas. Nasi sudah jadi bubur. Akhirnya, dia dipecat.

Informasinya, saya baca lewat Detik.com, berita berjudul “PT Timah Pecat Karyawan yang Viral Ejek Honorer Pakai BPJS!”. PT Timah telah melakukan pemeriksaan terhadap karyawatinya berinisial DCW yang viral lantaran mengejek karyawan honorer yang menggunakan BPJS untuk berobat. PT Timah memutuskan untuk memecat karyawati tersebut.

“Perusahaan telah melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan terkait pelanggaran terhadap aturan perusahaan, dan untuk itu, setelah melalui proses evaluasi, dapat kami sampaikan bahwa PT Timah Tbk telah mengeluarkan ketetapan dengan sanksi pemutusan hubungan kerja dengan yang bersangkutan,” kata Kepala Bidang Komunikasi PT Timah Tbk, Anggi Siaahan, dalam keterangannya, Kamis (6/2/2025), seperti dikutip dari media tersebut.

Tak lupa, saya cermati komentar-komentar netizen. Lucu-lucu juga. “Amsyong akibat sombong,””Setelah di pecat jadi tembaga dia sekarang,” “(maaf) sudah tidak good looking, buruk perilaku & nir etika pula. PECAT!”, “Harusnya jgn di pecat, jadikan ybs karyawati honorer…. hapus semua tunjangan dan fasilitas serta gaji disesuaikan dgn karyawan honorer lainnya, ntar juga resign sendiri dan perusahaan tidak perlu mengeluarkan ini itu akibat phk,”Ubur Ubur Ikan Lele… Kena Gusur Ya Leee..” Yang terakhir ini, jadi inspirasi kolom kali ini.

Kali ini, saya tak akan sok bijak sarankan untuk berhati-hati ketika “main” medsos. Semua pasti sudah paham. Saya, tertarik menyoroti kasus ini karena sebuah isu yang masih agak terkait dengan dunia “Branding”. Kisah di atas, adalah contoh bagaimana satu konten saja bisa bikin hancur karir. Terlanjur viral, akhirnya dipecat. Tentu, untuk bisa mendapatkan pekerjaan lagi tak gampang.

Dunia perkontenan sekarang memang “Ganas”.  Konten yang tenang, edukatif dan baik-baik saja kadang kurang laku. Contoh (curhat boleh dong), saya dan tim setahun bikin konten seputar Depok lewat Podcast Depok. Kontennya bagus semua, nggak ada yang jelek. Tapi, soal laku atau tidak, ditonton atau tidak, itu perkara lain yang rumit. Sementara itu, konten-konten yang receh, konten ngeprank, konten “reaction” doang dan konten lucu-lucuan lain, kadang lebih laku, bisa jutaan penonton. Alamaak.

Ini yang sering bikin konten kreator frustrasi. Saya sendiri juga paham dan mengerti misalnya dalam bikin konten video perlu tampilkan “Hook” di depan, potongan video yang menarik dan bikin penasaran karena audience (penonton) akan berhenti menonton video di 3 detik pertama kalau dirasa tak menarik. Mengemas konten lewat storytelling yang tampilkan value (nilai) dalam sebuah cerita. Disiplin dalam soal jadwal posting. Termasuk bagaimana konten bisa  jangkau keseluruhan alias one content fids all. Tapi, praktiknya tak sesederhana itu ferguzo.

Nah sekarang, kalau ibarat konten adalah kunci. Tentu, semua pilihan ada pada kita. Setiap “Brankas” punya kuncinya masing-masing yang cocok. Satu kunci tak bisa buka semua brankas. Jadi, terus produksi konten, terus bikin “kunci” yang cocok biar bisa buka “brankas” impian masing-masing. []

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these