Ganasnya  Netizen , Film “ A Business Proposal”  Diboikot

Ganasnya Netizen , Film “ A Business Proposal” Diboikot
Oleh: Yons Achmad
(Kolumnis, praktisi branding, pendiri Brandstory.id)

Mulutmu harimau-mu. Omonganmu bisa jadi “senjata tajam,” karena bisa menyakiti orang kalau tak dijaga. Kali ini “pemerannya”, Abidzar,  salah satu aktor dalam film yang sedang kita obrolkan..

Kontroversi berawal dari sebuah siniar (podcast) untuk promosi film “A Business Proposal” versi Indonesia. Dalam siniar itu, Abidzar mengatakan dirinya tidak menonton serial asal Korea Selatan tersebut, karena ingin menciptakan karakter sendiri dalam adaptasi film.

Abidzar juga menyebut para penggemar budaya Korea sebagai “fans fanatik,” yang semakin memicu kemarahan netizen.

“Cukup beban, menurut gue. Ditambah juga tahulah ya fans fanatiknya seperti apa,” kata Abidzar dalam wawancaranya di Youtube Pabrik Jaya Media.

Komentar ini langsung memicu kemarahan netizen, terutama komunitas penggemar K-Drama.

Banyak yang menilai bahwa pernyataannya justru menyerang target pasar film “A Business Proposal”, yang didominasi oleh penggemar setia drama Korea.

Setelah pernyataan itu, warganet pun ramai-ramai membicarakan kemungkinan boikot terhadap film A Business Proposal di media sosial.

Kontroversi semakin memanas ditambah banyak warganet mengkritik penampilan Abidzar yang dianggap kurang cocok untuk memerankan sosok CEO tampan dan berkarisma seperti Kang Tae Moo.

Beberapa bahkan membandingkan secara fisik antara dirinya dan pemeran versi aslinya.

Menanggapi hal ini, Abidzar merasa dirinya menjadi korban rasisme dan mengungkapkan kekecewaannya melalui Instagram Story.

“Pengen ngejelasin tapi pasti tetap bakal nggak suka. Memang dasarnya udah nggak setuju, mau dijelasin kayak apaan tahu sepertinya akan tetap begitu. Rasisme di Indonesia ternyata masih ada,” katanya.

Komentar ini kembali memancing perdebatan. Sebagian warganet menganggap kritik yang diterima Abidzar lebih berkaitan dengan karakter yang ia bawakan, bukan masalah ras atau latar belakang pribadinya. Tak ketinggalan, Falcon Pictures selaku rumah produksi terpaksa menyampaikan permintaan maaf. Sayangnya, tak banyak membantu. Film itu benar-benar diboikot. Hanya satu dua yang menonton di bioskop.

Lagi-lagi saya tak akan berikan analisis terkait kasus ini. Saya kali ini hanya mencatat, mendokumentasikan saja bagaimana promosi, branding menjadi berantakan ketika komentar-komentar lepas kendali. Kurang empatik. Dampaknya, menjadi bumerang bagi diri, karir, bisnis dan kelangsungan perusahaan (rumah produksi). []

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these