Look at Opportunity  Quotient

Look at Opportunity Quotient
Oleh: Yons Achmad
(Praktisi Branding. CEO Brandstory.ID)

Bagaimana membuat semua hal menjadi peluang dan mendapat keuntungan darinya? Saya kira, itu pertanyaan menarik untuk bisa kita jawab. Di tengah hidup yang konon semakin sulit, PHK di mana-mana, sementara lowongan pekerjaan juga semakin susah saja. Sementara hidup tetap harus berjalan dan beragam kebutuhan harus kita cukupi.

Salah satu jalan yang perlu dijalankan, kita sebut saja amal kecerdasan peluang (Opportunity Quotient).

Tentu saja, “ilmu” ini tidak diajarkan di dunia pendidikan formal (sekolah, kuliah). Kenapa? Karena memang ini adalah “Ilmu Jalanan”.  Sebuah kecerdasan bagaimana kita bisa menangkap beragam hal sebagai peluang. Sekaligus bisa menyikapi beragam hal tersebut bahkan untuk menciptakan peluang-peluang yang memberikan kemanfaatan. Tentu bagi diri sendiri dan berikutnya bagi sesama (orang lain).

Kita bisa mulai dari kisah sederhana anak-anak ojek payung yang beroperasi di stasiun-stasiun kereta ketika hujan tiba. Begitu jug penjual jas hujan di jalan-jalan yang selalu hadir ketika hujan juga tiba. Munculnya perusahaan ojek online juga berawal dari melihat peluang sulitnya menemukan ojek offline yang hanya ada di titik-titik tertentu. Dalam skala yang lebih besar, munculnya beragam bisnis startup saya kira juga berawal dari kecerdasan peluang ini. Menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat.

Tapi kan katanya #Indonesiagelap. Justru itu, suram, kegelapan, banyak masalah, justru menjadi tantangan untuk menangkap dan  menciptakan peluang. Ibarat, alkisah cerita Adam dan hawa yang pernah diusir dari surga. Pasti menyakitkan. Wong misalnya kita diusir dari rumah orang tua saja tentu sangat menyakitkan, ini diusir dari surga. Tapi, kita juga dapat kisah lain. Iblis juga diusir dari surga.  Pertanyaan yang perlu dijawab, kita mau seperti Adam dan Hawa atau jadi Iblis?

Kisah singkatnya, anak-anak Adam dan Hawa banyak yang berkiprah bangun peradaban, walau ada juga yang menjadi Iblis dalam bentuk manusia. Nah. Saya kira anak-anak keturunan Adam dan Hawa yang mau amalkan kecerdasan peluang ini, punya kesempatan yang sama untuk datangkan perbaikan. Sementara, yang hanya fokus pada masalah, bahkan menjadi sumber masalah itu sendiri semacam iblis, ada juga. Terserah mau pilih yang mana.

Di sini akal sehat berbicara.

Itu sebabnya, saya tak henti-henti. Tentu dimulai dari ajak diri sendiri, untuk tak fokus pada masalah. Tapi bagaimana bisa fokus menyelesaikan masalah. Menjadikannya sebuah peluang kebaikan dan menciptakan peluang untuk kemanfaatan bersama. Terserah mau pilih. Jadi loser (pecundang) atau achiever yang salah satunya bisa tangkap dan ciptakan peluang.

Memang, jalan ke sana tak mudah. Banyak orang yang sudah tawarkan “dagangan” baik barang maupun jasa.  Sibuk tawarkan proyek “solusi” ke sana kemari. Tapi tetap “Zonk” juga. Kenapa?

Di sini, saya kira ada yang terlupa. Apa? Kita lupa kembang dan tumbuhkan diri. Itu sebabnya, saya fokus untuk kembangkan personal branding, begitu juga membantu siapapun untuk menjalankan hal yang sama. Ketika kita dikenal, percayalah, kolaborasi, kerjasama dan rezeki akan datang sendiri tanpa dicari. Hasilnya, peluang juga akan datang dengan sendirinya karena orang lain tahu dan paham kompetensi kita.

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these