Let’s Go With Personal Branding

Let’s Go With Personal Branding
Oleh: Yons Achmad
(Praktisi Branding. CEO Brandstory.ID)

Terbanglah. Meliak-liuk di angkasa luas. Bebas. Asal tahu tujuan ke mana setiap jejak yang kau torehkan. Di dunia ini, ada manusia yang kelihatan sangat sibuk sekali. Tampak misalnya dari tampilan media sosial dalam keseharian. Tapi, kadang tidak jelas, sebenarnya apa yang dilakukan? Tujuannya untuk apa? Sibuk, sekadar sebagai “aktivisme”. Seolah mengerjakan banyak hal, tapi hasilnya kadang tidak ada.

Ada pula yang terlihat tenang. Tampilan media sosialnya juga tidak riuh. Tetap dijalankan. Tanpa terobsesi untuk menjadi viral atau FOMO (Fear of Missing Out) alias berarti perasaan takut ketinggalan tren, berita, atau aktivitas tertentu. Tapi, hidupnya penuh target. Tiba-tiba keluarkan produk atau karya baru. Tiba-tiba misalnya buka bisnis baru, tiba-tiba buka cabang baru. Di media sosial tampak tiba-tiba, tapi sebenarnya dirinya kerja keras betul sebelum mewujudkan semuanya.

Jadi, kita harus gimana dong? Sudah saya katakan diawal. Bagaimana kalau benar-benar kita mulai dari nol atas semuanya? Modal (finansial) sedikit sekali, atau boleh dibilang tidak ada. Jejaring pertemanan (bisnis) sangat terbatas. Lagi-lagi, jawabannya adalah personal branding. Let’s go with personal branding. Meliak-liuk dan menarilah bersamanya. Itulah jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh agar hidup kita “selamat”.

Agar sedikit terarah. Ini rambu-rambu yang mesti diperhatikan. Setidaknya ada tiga hal:

Pertama, Passion. Ia bisa diartikan sebuah gairah besar untuk melakukan sesuatu yang disukainya. Karena memang suka atau hobi, walaupun kadang terasa berat, ia tetap menjalankannya. Pertanyaannya, apa passionmu?  Temukan dan mulailah membuka diri tentangnya.

Terkait passion ini, seorang individu dapat melakukan suatu hal karena senang, cinta dan seirama dengan hal-hal yang disukai akan suatu hal. Contohnya ketika menjadikan hobi sebagai pekerjaan atau sumber pendapatan. Tentu, akan sangat senang dan riang gembira menjalaninya.

Singkat kata, mulailah membuka diri, membuka komunikasi terkait dengan passion atau gairah terbesar ini. Entah itu tidak terkait dengan pekerjaan utama, atau memang passion,  hobi atau hal-hal yang disukainya it menjadi pekerjaan dan aktivitasnya sehari-sehari. Orang yang punya passion kuat, biasanya akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan publik. Syaratnya, ia memang harus berbagi ilmu dan pengalaman yang dipunyainya. Malas berbagi? Tidak akan mendapatkan apa-apa.

Kedua, Value. Dalam personal branding, dikenal sebagai “personal value”. Terkait dengan inti, siapa kita sebenarnya. Hal ini mencakup prinsip dan keyakinan-keyakinan yang mendalam. Tanpa memahami nilai diri ini, biasanya personal branding yang tampak sebatas pencitraan saja. Tanpa kekuatan makna yang mendalam.

Sebuah pertanyaan penting. Bagaimana orang akan memercayai kita, kalau kita sendiri tidak tahu persis siapa diri kita? Itu sebabnya, personal value yang kuat membuat branding kita lebih asli dan meyakinkan. Sehingga orang menjadi lebih bisa connect dengan kita.  Do you know yourself? Sebuah pertanyaan eksistensial  yang perlu dijawab dengan tepat. Salah satu cara yang bisa membantu misalnya dengan Personal Branding Canvas (PBC). Akan saya bahas lebih rinci di kolom lain yang secara khusus membahas tentang hal itu.

Ketiga, competency. Personal branding sendiri, sejatinya merupakan aktivitas dalam “membangun reputasi” seseorang. Reputasi dibangun dari kompetensi dan kepribadian yang dimiliki orang tersebut. Personal branding diharapkan dapat membuat kompetensi orang itu dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Di sini, Competency  atau Kompetensi adalah apa yang menjadi nilai jual unik (unique selling) dilihat dari kemampuan, profesi atau pemikiran kita sehingga hal tersebuti tersebut dapat “dijual” kepada audiens tertentu. Di sini diferensiasi menjadi kunci. Apa yang membuat kompetensi kita berbeda dengan orang lain? Hal ini, kembali lagi pada passion yang kita miliki. Itulah yang nantinya bisa membedakan.

Sampai di sini, mulai bingung atau semakin tertantang? Ahai. Pelan-pelan kita sodorkan dengan bahasa yang sesederhana mungkin agar bisa lebih mudah dipahami. Selanjutnya, cukup kita mulai saja. Bahkan di dalam personal branding, kesempurnaan bukan tuntutan. Tapi, dari ke-belum sempurnaan, tapi terus berproses, justru menjadikan publik yakin dengan effort dan kerja keras kita. Let’s Go With Personal Branding.

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these