Stay Productive At The Eid Mubarok

Di Indonesia, liburan hari raya idul fitri (Lebaran) identik dengan liburan yang panjang. Bahkan, boleh dibilang liburan yang paling panjang dalam setahun. Layaknya orang kebanyakan, mengisi lebaran biasanya berhenti sejenak dalam urusan pekerjaan. Orang-orang biasanya mengisi waktu dengan beberapa hal. Misalnya berkunjung bersilaturahmi ke keluarga atau kerabat, mengunjungi tempat-tempat wisata, berziarah, atau sekadar bersantai di kampung halaman.

Pertanyaan penting, apakah di hari raya lebaran tetap bisa produktif?

Di sini, produktivitas bukanlah sekadar tentang seberapa banyak kita melakukan aktivitas, tetapi juga tentang efektivitas dan kualitas dari apa yang kita hasilkan. Tentu, tak menafikan apa yang dinamakan proses. Tapi, yang saya maksud produktif kali ini, pada lebaran ini menghasilkan apa? Lebih spesifiknya, terkait karya apa yang dihasilkan. Setidaknya diselesaikan.

Mungkin, tak usah dulu target bisnis level perusahaan. Tapi, cukup level “Personal Project”. Sebuah aktivitas personal yang diselesaikan dan berpotensi menambah income. Ragamnya banyak. Misalnya, menulis buku atau ebook tertentu, membuat video tutorial atau  video dokumenter terkait lebaran, dokumentasi foto, menulis blog atau kisah-kisah lebaran. Singkat cerita, sebut saja bisa “Produksi Konten”.

Saya, tentu tidak dalam posisi memaksa. Lebaran ya liburan, ngapain bikin macem-macem? Mungkin ada yang berpandangan begitu. Tak masalah. Hanya saja, kenapa saya sodorkan ide tentang produktivitas? Karena biasanya, dari sekian hari lebaran (bisa 3-15 hari), biasanya, masih ada waktu lega atau kosong. Nah, momentum produktivitas ada di sini.

Memang tak gampang menjalankannya. Tapi, coba kali ini kita maksimalkan momentum ini dengan melongok ke dalam diri. Melihat apa yang disebut “Biological Prime Time”. Inspirasinya, saya dapatkan dalam buku “The Productivity Project: Accomplishing More by Managing Your Time, Attention, and Energy” karya Chris Bailey. Terkait dengan dengan waktu paling produktif bagi seseorang. Biasanya memang berbeda-beda.

Saya sendiri, biasanya “On Fire” setelah shalat subuh sampai jam 9 pagi.  Ini “Biological Prime Time” Saya. Waktu yang biasanya menjadikan saya produktif sekali di jam-jam ini. Lebih tepatnya, waktu yang paling produktif dan lancar menghasilkan tulisan. Singkatnya, waktu pagi untuk menulis.  Selebihnya, siang sampai sore membuat materi-materi promosi, slide-slide presentasi, ketemu klien. Malamnya, membaca jurnal ilmiah atau buku-buku yang mendukung karir atau bisnis.

Memang, jebakan lebaran, banyak hal yang kemudian dilakukan, bahkan banyak yang dikerjakan di luar rencana. Memaksa orang menjadi “Multitasking”. Mungkin, ada orang yang bisa mengerjakan banyak hal dalam suatu waktu. Tapi, biasanya, kualitasnya kurang maksimal.

Konon, otak kita tidak suka berpikir zig zag, melompat-melompat, dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Menjadi mudah lelah. Alasannya, tentu masuk akal, fokus kita menjadi terbagi-bagi. Terkait hal ini, mungkin bisa dicek kebenarannya dari penelitian-penelitian psikologi. Nah,  kembali ke awal. Agar tetap produktif, saat lebaran hasilnya satu karya (Produksi konten), sudah cukup. Tak usah banyak-banyak, cukup satu saja. Tapi kualitas bagus, bukan “kaleng-kaleng”. []

Salam
Yons Achmad
Praktisi Branding
CEO Brandstory.ID

About the Author

Yons Achmad

Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. Founder Brandstory.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these