Kalau keadaan sedang tak baik-baik saja, maka tak perlu berkeluh kesah. Fokus saja pada bisnis sendiri, bisnis yang sedang dijalankan. Ketika berpikir tentang kemajuan karir atau bisnis, tak ada hal selain terus mengembangkannya. Tepat, mengembangkan karir dan bisnis yang sudah jalan itu itu. Fokus membuatnya menjadi besar.
Daripada sibuk misalnya ketika semua terlihat seret, terlalu menyalahkan faktor luar. Seperti peran kurang keperpihakannya pemerintah, daya beli masyarakat turun atau gerusan teknologi terbaru semacam Chat GPT, AI dll. Saya sendiri kadang tergoda untuk komentar setiap melihat ketidakberesan. Tapi, kabar baiknya bisa ditahan. Energi dialihkan, difokuskan untuk pengembangan bisnis saja.
Layaknya inti karir atau bisnis adalah “Penawaran”. Maka, sebelum bicara marketing atau sales, pertama-tama perlu dibangun adalah personal branding. Ada sedikit yang membedakan, kalau marketing atau sales, kita yang menawarkan produk baik barang atau jasa, kalau personal branding lebih kepada membangun versi terbaik kita, hasilnya, mereka akan datang sendiri mengakrabi produk barang dan jasa kita.
Menurut salah satu pengusaha terkaya di dunia, pendiri Amazon Jeff Bezos, pernah mengatakan bahwa “Personal branding adalah apa kata orang tentang diri Anda, ketika Anda tidak berada di dalam ruangan yang sama dengan orang tersebut”. Sementara menurut Panji Pragiwaksono, seorang aktor dan stand up komedian, definisi personal branding adalah apa yang Anda katakan kepada dunia tentang siapa Anda, agar Anda bisa mendapatkan peluang yang diinginkan.
Jelas sudah, personal brand is You
Personal branding adalah tentang siapa Anda?
Tentang siapa kita. Tentang siapa saya.
Lebih jelasnya, tentu terkait relevansi kita dengan orang lain. Artinya, bagaimana orang bisa mengenal kita dan bisa membantu mereka misalnya untuk bisa ke luar atau atasi masalah yang dihadapinya. Dengan begitu, pengenalan diri kita menjadi menarik. Hal ini tentu terkait beberapa hal. Diantaranya:
Your Skills (keahlian). Artinya, sebenarnya, orang itu pada akhirnya akan melihat skills (keahlian) kita. Saya sendiri, mengawali karir sebagai penulis kolom di beberapa media. Orang pada awalnya mengenal saya sebagai penulis. Yang kemudian menekuni spesialisasi sebagai penulis biografi dan buku-buku populer. Keahlian orang memang mungkin banyak, tapi dalam personal branding, mungkin untuk mengawalinya, cukup satu saja keahlian yang ditonjolkan, yang memang benar-benar bisa diandalkan.
Sungguh beruntung mereka yang punya skill (Keahlian) tertentu. Kenapa? Dalam kompetisi yang sedemikian ketat sekarang, tanpa skill yang kita miliki, sangat susah, sementara, ijazah sekarang bahkan ijazah S1 rasa-rasanya susah dapat pekerjaan kalau dia tak punya skill yang bisa diandalkan. Maka, saya beruntung punya keahlian menulis yang terus saya kembangkan dari waktu ke waktu.
Puas? Tidak, karena basis keilmuwan saya Ilmu Komunikasi, kemudian saya mengembangkan karir di dunia komunikasi juga. Mulai bangun media cetak maupun online (merangkap bekerja sebagai jurnalis), membangun agensi atau perusahaan Public Relations. Sampai kemudian fokus mendirikan agensi branding (Brandstory.ID) yang fokus dalam personal branding. Lagi-lagi keahlian menulis dibutuhkan. Di mana kemudian ternyata kemampuan menulis berguna juga membantu personal branding seseorang (tokoh) misalnya dengan membuatkannya buku biografi, menuliskan cerita dan kisah dalam web pribadinya, atau menulis rilis (siaran-siaran pers) tentang kiprah sang tokoh, juga merancang skenario untuk film pendek tentangnya. Ini yang saya dan tim lakukan sekarang
Your Experience (pengalaman). Ini terkait dengan pengalaman. Tak lain tak bukan, pengalaman terkait dengan keahlian itu sendiri. Sebagai penulis sekaligus praktisi branding, saya ceritakan beberapa pengalaman membantu branding seorang (Tokoh). Semisal menuliskan 19 profil dokter bedah saraf di Surabaya yang kemudian dijadikan satu buku, menuliskan kisah-kisah hidup semacam tokoh politik Tjahjo Kumolo atau Sandiaga Uno. Membuatkan website, sekaligus membantu membuatkan konten (Teks dan video) tokoh-tokoh tertentu, kebanyakan para dokter. Itu salah satu pengalaman yang bisa saya ceritakan. Tak selalu mulus prosesnya. Tapi semuanya bisa terselesaikan.
Your Values (Nilai). Nilai terkait dengan keyakinan-keyakinan yang coba kita tawarkan ke publik. Value sendiri, tentu menjadi salah satu elemen penting dalam personal branding. Setiap orang tentu berbeda-beda. Dalam personal branding, misalnya saya sebagai penulis sekaligus praktisi branding. Toh, banyak juga penulis, toh banyak juga yang mengaku dirinya sebagai praktisi atau konsultan branding. Nah, di sini, personal branding bukan sekadar kenalkan “Skill”. Tapi, juga terkait dengan nilai-nilai apa yang kita bawa, kita tawarkan sehingga menjadikan orang lain suka dengan kita. Kalau sudah suka dan nyaman, proses-proses lain menjadi sangat menyenangkan keduabelah pihak.
Begitulah personal branding menemukan maknanya. Anda punya keahlian (skill) unggulan yang bisa benar-benar diandalkan. Anda kemudian tampil mengemas beragam cerita keahlian dan pengalaman pekerjaan itu. Ditambah, nilai-nilai yang bisa menjadikan tertarik orang lain. Semisal mencintai kearifan lokal, mencintai lingkungan, penyuka anak-anak dst. Dengan memerhatikan beberapa hal di atas, menjadikan personal branding kita menjadi lebih menawan, dibanding dengan cara-cara yang mungkin serampangan.
Salam
Yons Achmad
Penulis & Praktisi Branding
CEO Brandstory.id