Start From The End
Oleh: Yons Achmad
(Kolumnis. Pendiri Brandstory.id)
Strategi lama, tapi saya kira tetap relevan sampai sekarang untuk bedah kasus kontemporer. Salah satunya strategi “Start from the end”. Sebuah paparan awal yang ada dalam buku 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey. Dia mengajarkan bagaimana “Begin With the End in Mind” sebagai sebuah kebiasaan penting untuk fokus pada apa sebenarnya tujuan (capaian) akhir dalam pekerjaan.
Bahkan juga, saya kira tujuan akhir dari hidup itu sendiri.
Dalam perspektif agama, orang mengenalnya sebagai akhirat. Saya, tak akan panjang lebar menguraikannya. Kenapa? Saya kira semua orang sepakat untuk itu. Kali ini, saya sedang coba paparkan dalam konteks “keduniaan” dan berusaha bagaimana setiap langkah kita mendukung tercapainya setiap tujuan akhir itu.
Memang, ada yang jangka pendek, jangka panjang. Untuk jangka pendek, sebut saja pekerjaan harian. Bagi mereka yang sudah berumah tangga, biasanya setiap pekerjaan ya untuk memenuhi kebutuhan nafkah bulanan keluarga. Dalam fase ini, memang ada yang sifatnya rutinitas layaknya pekerja kantoran tapi juga berlaku bagi non pekerja kantoran.
Hanya saja, untuk mencapai target ini, bagi sebagian orang, tak selalu mulus. Terutama bagi mereka bukan pekerja kantoran (karyawan) semacam seorang freelancer, pebisnis, atau pengusaha. Biasanya, banyak juga dramanya dalam urusan jangka pendek ini. Tenang, tak usah risau, semua orang mengalaminya.
Sekarang, kita coba melangkah ke tujuan jangka panjang. Hasil akhir pada capaian yang lebih besar. Kalau boleh jujur, saya dulu terobsesi juga untuk capaian semacam ini. Sebagai orang yang pernah belajar “Ilmu Komunikasi”, dulu terobsesi menjadi orang nomor satu di dunia komunikasi. Bukan sebagai misalnya ilmuwan atau profesor bidang itu. Tapi capaian yang diakui publik (media).
Ada dua tokoh yang cukup moncer. Sebut saja nama Ade Armando dan Effendi Gazali, kalau tak salah keduanya kini sudah profesor. Ilmuwan komunikasi dari Universitas Indonesia. Dua orang ini diantara “Pakar Komunikasi” yang diakui, tak hanya di level akademik (kampus) tapi juga publik. Saya pingin setara dengannya sebagai “Pakar Komunikasi”. Apakah semua ini tercapai? Belum. Kelak, saya pasti bisa menggantikan mereka duduk di “Panggung” yang sama. Insyaallah.
Di atas, hanya contoh saja. Bagaimana mencapai tujuan akhir. Tenang, tujuan akhir orang beda-beda, itu hanya contoh saja. Satu hal yang penting dipikirkan kemudian, mulai “Dari Mana” dan “Bagaimana Caranya”. Untuk sampai “Sana”, biasanya memang masih ada semacam “gap” alias kesenjangan yang cukup jauh. Itu sebabnya perlu “Seribu cara” agar bisa sampai ke sana. “Caranya” apa? Setiap orang punya jalannya masing-masing.
Di sini, saya hanya sekadar saling mengingatkan saja, khususnya untuk saya pribadi. Di mana “strategic thinking” selalu berpikir “berawal dari akhir” ini ada benarnya juga. Karena kita akan fokus tentang itu. Proses memang penting, tapi kalau hasil akhirnya tak tercapai, kurang afdhol juga. Itu sebabnya, kita perlu terus fokus pada hasil akhir dan terus berproses menjalaninya untuk sampai ke sana. Begitu.