Politikus Partai Gerindra yang juga keponakan Presiden Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai anggota DPR RI periode 2024-2029. Keputusan ini disampaikan langsung melalui sebuah video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, Rabu (10/9/2025).
Langkah ini diambil sebagai buntut dari pernyataan kontroversialnya dalam sebuah siniar (podcast) lawas sekitar enam bulan lalu yang kembali viral dan menuai kritik tajam dari publik pada Agustus 2025. Potongan video itupun viral.
Bagaimana awal mula pernyataan viral dan dinilai menyakiti rakyat?
Dalam pernyataannya, Sara mengakui bahwa niat awalnya bicara begitu untuk memotivasi anak muda tapi justru menjadi bumerang. Inilah permulaan kalimat kontroversial yang menjadi pusat dari drama pengunduran diri tersebut. Alih-alih berikan harapan konkrit, malah berkata sinis atau nyinyir.
Saya sarikan dari berita yang dilansir Suara.com (11/9/2025)
“Daripada ngomel nggak ada kerjaan,” katanya
Ini konon menjadi bagian paling disorot yang disusul pernyataan kontroversial berikutnya.
Sara dinilai gagal memahami bahwa tidak semua orang memiliki modal, kesempatan, atau privilese yang sama untuk bisa dengan mudah menjadi seorang wirausahawan. Dalam podcast tersebut, Sara sebenarnya mencoba mendorong anak muda untuk kreatif dan tidak hanya bergantung pada lowongan kerja yang terbatas.
“Bikin kerja buat teman-teman, kalau lo bisa masak, bikinlah bisnis kuliner. Bisa jahit, bikinlah bisnis fesyen,” ujarnya, memberikan contoh-contoh praktis.
“Jangan hanya bersandar, karena kalau masih bersandar kepada sektor-sektor padat karya dan bersandar kepada pemerintah untuk provide the jobs, kita masih di zaman kolonial berarti,” kata Sara Rahayu.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Niat baiknya tenggelam oleh pilihan katanya yang dianggap tidak sensitif. Menyadari kesalahannya yang fatal, Sara mengambil langkah kesatria yang sangat jarang dilakukan oleh politisi.
“Saya paham kata-kata saya telah menyakiti banyak pihak, terutama yang saat ini masih berjuang untuk menghidupi keluarganya,” ucap Sara dalam pernyataan maafnya.
“Kesalahan sepenuhnya ada di saya. Oleh sebab itu, melalui pesan ini, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” sambungnya.
Akhirnya, Sara memutuskan mundur dari anggota DPR.
Lagi-lagi, komunikasi publik bisa menjadi bumerang, bahkan berasal dari Podcast yang sudah sekian lama tayang. Jejak digital memang tak bisa bohong. Dan netizen (warganet) pinter banget menguliti jejak digital seseorang, apalagi tokoh politik, publik figur. Sebuah pembelajaran komunikasi publik yang, dalam istilah orang Jawa mungkin “bener” tapi tidak “pener”.
Tidak pas dalam menempatkan diri dalam sebuah kondisi kenyataan masyarakat di tengah susahnya mencari pekerjaan apalagi menciptakan lapangan pekerjaan. Pernyataan yang tidak pas disuarakan anggota DPR yang seharusnya mendorong pemerintah ciptakan sebanyak mungkin lapangan kerja, bukan sebatas “memotivasi” rakyat yang sebenarnya sudah kenyang dengan “motivasi-motivasi” salah tempat semacam itu.
Tapi, terlepas dari semua itu, keputusannya mengundurkan diri sebagai anggota DPR perlu diapresiasi sebagai langkah berani dan kesatria. Perlu dicontoh para pejabat dan anggota-anggota Dewan lain. Semoga, Mbak Sara tetap terus bisa berkiprah untuk kebaikan Indonesia di ruang yang berbeda. []
(Yons Achmad. Praktisi Komunikasi. Pendiri Brandstory.id)

Comment