Pejabat publik dengan komukasi publik yang payah dan sering “asal ngomong” kembali memakan korban, hancurkan kariernya sendiri. Alkisah sebuah video viral di tiktok. Seorang anggota DPRD tampak mengendari mobil bersama seorang perempuan. Sang perempuan, memegang kamera sambil bertanya:
“Tujuan hari ini ke mana bos?”
“Kita hari ini, menuju Makasar menggunakan uang negara,” disambut tawa keduanya.
“Kita rampok saja uang negara ini, kita habiskan saja biar negara ini makin miskin.” Video pendek saja, tapi dampaknya luar biasa.
Video itu cepat sekali menyebar di berbagai platform, terutama TikTok dan WhatsApp. Komentar netizen pun beragam, ada yang marah, ada yang menertawakan, tapi sebagian besar kecewa. Nama Wahyudin, sang anggota DPRD itu sontak masuk dalam daftar trending topik di beberapa kanal Youtube dan berita online.
Memang, di sisi lain, ada juga yang menilai publik tidak perlu terlalu bereaksi berlebihan. Beberapa orang menganggap ucapannya hanya bercanda dalam kondisi mabuk. Meski begitu, konteksnya tetap sensitif, karena berkaitan dengan uang negara. Bagi rakyat, isu korupsi atau perampokan uang negara bukan hal main-main.
Tak lama, Wahyudin Moridu, anggota DPRD Gorontalo dari Fraksi PDIP itu berikan klarifikasi. Ia menegaskan kalimat itu hanya gurauan, bukan untuk merendahkan apalagi menyakiti masyarakat. Wahyudin mengaku menyesal, mengakui kesalahan pribadi, dan menegaskan hal ini tidak ada kaitannya dengan partai maupun lembaga DPRD.
“Saya, Wahyudin Moridu, anggota DPRD Provinsi Gorontalo, saya didampingi istri saya. Dengan ini, atas nama pribadi dan keluarga, saya memohon maaf atas video yang telah diviralkan di media sosial TikTok beberapa waktu lalu. Sesungguhnya, Bapak dan Ibu sekalian, saya tidak berniat untuk melecehkan ataupun menyinggung masyarakat Gorontalo,” ujar Wahyudin Moridu dalam video
“Saya siap menanggung konsekuensi dari perbuatan saya,” ujarnya.
Tak butuh waktu lama juga. DPP PDIP memutuskan memecat anggota DPRD yang mengaku mabuk saat lontarkan gurauan itu. DPP PDIP menegaskan tidak akan menoleransi perbuatan yang melukai hati rakyat.
Permintaan maaf memang sudah dilontarkan. Tapi maaf sering kali hanya jadi catatan kaki di buku sejarah politik kita. Ucapan sudah telanjur membekas, dan rakyat tahu: sekali orang mengucap, dunia menjadi tak bisa simpan rahasia lagi.
Belajar dari kasus, ini, bayangkan saja, Marcus Aurelius seorang Kaisar Romawi kuno yang dikenal sebagai filsuf. Dia konon sangat cakap dalam militer dan pemikiran filosofis yang mendalam selama masa jabatannya dalam sejarah Romawi kuno. Dalam pemerintahannya, dia juga selalu menganut stoikisme.
Andai Marcus Aurelius, sekarang hidup di Gorontalo, kemungkinan ia akan menasihati begini: “Lebih baik diam dan dibilang bodoh, daripada bicara lalu membuktikannya.”
(Yons Achmad. Praktisi Komunikasi. Pendiri Brandstory.id)

Comment